Film ber-genre drama, cinta, politik dan
sejarah menceritakan tentang ambisi, cita-cita dan harapan seorang
pemuda Indonesia berjalan dengan alur maju dan mundur menuju masa kecil
Rudy yang berdurasi 2 jam 30 menit.
Adegean
pembuka film penonton disuguhi keadaan yang lumayan membuat saya kaget,
Kapal perang Jepang berterbangan dan ledakan dimana-mana. Sempat
terlintas apakah benar ini film “drama” Rudy Habibie? atau film perang
“Saving Private Ryan 2”.
Pesan moral
yang terkuat di film ini menurut saya adalah ketika papi memberikan
sebuah nasihat yang begitu bijaksana agar Rudy menanamkan sikap pantang
menyerah terhadap kesulitan dan menjalani hidupnya seperti mata air yang
selalu berguna bagi orang lain.
Belum
lagi ketika bertemu dengan adegan wafatnya sang ayah, semua penonton
benar-benar di aduk emosinya bagaimana tidak! Ayahnya wafat ketika
sedang sholat berjamaah dan Rudy menggantikan ayahnya sebagai Imam,
keadaan ini adalah kisah nyata yang sangat sentimentil.
Walau
terkesan begitu terlalu berlebihan dan ada beberapa penonton tidak
menyukai yang di tunjukan dalam film ini bagaimana susahnya Rudy dalam
mencari rumah tinggal yang murah, kelaparan belum lagi di buly
senioritas dan di akhiri dengan adegan sholat berdoa dan menangis, Heii!
ini kisah nyata yang inspiratif daripada mabuk-mabukan lebih baik
sholat dan berdoa bukan.
Kemampuan
Akting Reza Rahardian memang pantas di sanjung mulai dari logat dan
fasih dalam berbahasa Jerman membuat penonton benar benar melihat Rudy
di masa lalu dan juga kemampuan Chelsea Islan benar benar memperlihatkan
cinta suci dan pengorbanannya terhadap Rudy.
Seandainya
saja Rudy memilih Illona pasti Ibu negara ke-3 kita orang bule tetapi
rudy lebih memilih Indonesia di bandingkan memilih gadis cantik berdarah
Polandia dan ini adegan yang paling so sweet ketika Rudy menemui Illona
di stasiun dan memantapkan hatinya untuk Indonesia.
Sutradara Hanung Bramantyo
Penulis Ginatri S Noer
Pemain Reza Rahadian, Chelsea Islan, Ernest Prakarsa, Boris Bokir
Produser Manoj Punjabi